Pernyataan di Podcast KDM Dinilai Menyinggung Masyarakat Kalimantan, Wakil Ketua Perpedayak Minta Polisi Bertindak

BANJARMASIN, Lensa-Banua. Com – Gelombang kekecewaan muncul dari masyarakat Kalimantan menyusul beredarnya cuplikan podcast yang memuat pernyataan menyudutkan warga lokal. Dalam tayangan yang diunggah di kanal Podcast KDM itu, seorang narasumber menyebut masyarakat Banua Kalimantan sebagai “pemalas”. Pernyataan tersebut langsung menuai reaksi keras dari berbagai kalangan.
Wakil Ketua Perpedayak, Ronald, menyuarakan penolakan dan kekecewaannya terhadap ucapan tersebut. Ia menilai, pernyataan yang merendahkan warga Kalimantan bukan hanya tidak berdasar, tetapi juga berpotensi menimbulkan konflik sosial.
“Sebagai warga asli Kalimantan, ulun sangat menyayangkan pernyataan oknum di podcast itu. Menyebut masyarakat Banua Kalimantan sebagai pemalas adalah tuduhan yang menyakitkan dan tidak dapat diterima,” ujar Ronald dalam keterangan tertulisnya.
Ia menegaskan, masyarakat Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan, telah lama dikenal sebagai komunitas yang menjunjung tinggi nilai kerja keras, adat, dan kehormatan lokal. Stereotip yang dilemparkan dalam konten digital tersebut dianggap merusak citra masyarakat lokal dan melemahkan semangat generasi muda Kalimantan.
Ronald juga mendesak agar pemerintah dan aparat penegak hukum tidak tinggal diam. Menurutnya, pernyataan tersebut masuk kategori ujaran kebencian dan dapat dijerat hukum.
“Ulun meminta agar kasus ini mendapat perhatian khusus dari pihak kepolisian. Pernyataan tersebut harus diproses secara hukum sesuai pasal-pasal yang berlaku agar tidak menjadi preseden buruk ke depan,” tambahnya.
Diketahui, Perpedayak sebagai organisasi yang mewadahi suara masyarakat Dayak, turut mempertimbangkan langkah hukum bersama elemen masyarakat lainnya. Mereka berharap kejadian ini menjadi momentum untuk mendidik publik mengenai batasan dalam menyampaikan opini di ruang digital.
Polemik ini sekaligus menegaskan pentingnya literasi digital dan tanggung jawab etika dalam produksi konten. Tidak semua opini bisa dibiarkan tanpa pertimbangan dampak sosial yang ditimbulkan.
(Admin/Den)